Light

Light
Cahaya dari lilin kecil

Selasa, 13 Maret 2012

Apa yang akan kau lakukan setelah bercermin?



“Cermin …. Cermin ……, siapakah yang tercantik di seluruh kerajaan ini?” tanya si ratu pada cermin ajaib miliknya. Jawab si cermin, “Tentu saja engkau ratuku.”

Keesokan harinya, sang ratu kembali bertanya kepada cermin ajaib, “Cermin…… cermin….., siapakah yang tercantik di kerajaan ini?”. Jawab si cermin, “Maaf ratuku, tapi yang tercantik di kerajaan ini adalah Snow White.”

Mendengar perkataan si cermin, murkalah ratu tersebut sambil menghancurkan cermin ajaib miliknya.

Pasti cerita ini begitu familiar di telinga kita. Yup! Cerita dongeng tentang Snow White yang begitu cantik yang diusir dari kerajaannya, karena telah menyingkirkan gelar ‘Yang Tercantik’ dari sang ratu yang adalah ibu tirinya.

Kata orang cermin adalah hal yang sangat jujur  di dunia ini! Wow, apakah benar? Buktinya cerita diatas! Hehehe ….
Dengan adanya sebuah cermin, kita bisa melihat seperti apa sih kita? Bagaimana bentuk wajah dan tubuh kita? Apakah kita cantik atau menarik?(hehehe ……,menggantikan kata jelek dengan menarik kedengarannya bagus juga ^_^). Cermin tidak mungkin bisa berbohong, karena dia merefleksikan diri kita sendiri. 

Sebenarnya saat kita memandangi wajah kita dicermin, sadar atau tidak sadar tujuannya untuk mengetahui apakah ada yang perlu dipermak? Saat kita meneliti dan menemukan ada sesuatu yang salah diwajah kita, maka kita diperhadapkan pada 2 pilihan. Mempermaknya atau membiarkannya!

Dalam setiap pilihan pasti selalu memberi dampak, bukan?
Jika anda memilih untuk mempermaknya, maka anda akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempermak bagian yang ‘salah’. Namun, jika anda lebih memilih untuk menghiraukan dan pergi meninggalkan cermin, maka lama kelamaan sesuatu yang ’salah’ dari wajah anda akan semakin memperburuk penampilan anda. Alasannya adalah kita menganggap itu hanyalah sesuatu yang kecil, mungkin itu hanya setitik noda.

Cermin sebenarnya berbicara tentang suatu kesempatan untuk memperbaiki satu hal.

Ok. Cukup sekian untuk cerminnya!
Sekarang kita hubungkan cerita tentang cermin ini dengan kerohanian kita. Let we see what we must learn from mirror.

Cermin ibarat firman Tuhan. Kita mungkin terlalu sering ‘bercermin’ dalam keseharian kita. Namun pertanyaan utamanya bukan seberapa seringnya kita bercermin! Tapi, pilihan apa yang kita ambil setelah bercermin? Mencoba memperbaiki kesalahan? Atau malah mungkin menghiraukannya?

Seperti yang tertulis pada Yak. 1:23-25 :::
“Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hokum yang sempurna, yaitu hokum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun didalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”

Kembali lagi, setiap pilihan membawa pada suatu dampak. Jika kau memilih untuk memperbaikinya sesuai dengan standar kebenaran memang memerlukan proses. Suatu pergerakan selalu tidak terlepas dari proses. Namun jangan melihat bagaimana sulit dan lamanya proses itu, namun lihatlah apa yang menjadi akhir proses itu. Seperti pada ayat 25, kita akan berbahagia oleh perbuatan kita. Kita akan berbahagia jika melihat wajah kita kembali cantik atau keren. Namun jika kita lebih memilih untuk mengacuhkannya, maka kesalahan yang kecil akan semakin membesar dan itu hanya memperburuk keadaanmu sendiri.

Terkadang memang kita lebih memilih untuk mengacuhkan kesalahan yang kita anggap kecil. Kita kelompokannya dalam kelompok dosa kecil. Begitu menghiraukannya, begitu bangga menampilkan setitik noda yang ada di wajah kita. 

Untuk bisa memutuskan mana pilihan yang harus diambil, kita perlu mengaktivasi roh kudus. Biar roh kudus yang memampukan kita dalam mengambil keputusan. Agar keputusan yang kita lakukan tidak akan disesali dan tidak akan memperburuk keadaan.

Memang mempermak membutuhkan proses yang mungkin lama, namun hasilnya dapat memberi kepuasan tersendiri dalam kita. Daripada membiarkannya yang akan lebih memperburuk keadaan.

Setiap kita diberi kehendak bebas untuk menentukan pilihan. Dan setiap pilihan menentukan apa yang akan terjadi dimasa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar